Thursday, 10 March 2016

Antara Berjama’ah dan Urgensi Tarbiyyah Dzatiyah



Seperti apa keimanan kita pada saat kita sedang sendiri?
Tidak salah Islam menganjurkan segala sesuatu itu berjama’ah agar lebih kokoh
Karena muslim yang saling bersaudara seperti benteng dalam suatu istana
Dimana benteng ialah manusia sedangkan istana adalah keadaan hati
Apabila salah satu dari benteng itu retak , maka retaklah seluruhnya
Namun agar tidak retak , benteng itu harus di perbaiki agar tetap kokoh
Seperti itulah perumpamaan muslim yang saling bersaudara
Apabila salah seorang diantara mereka terjatuh , maka harus ada yang saling menguatkan agar tetap kuat
Berjama’ah memang bukan segalanya , tetapi segalanya bisa dimulai dari lingkaran kecil yang disebut “jama’ah” tadi

Islam bukan tentang bagaimana kita menganut mazhab yang dianggap paling benar
Tetapi Islam mengajarkan bagaimana kita menyeru dan mengesakan Allah , dan bersaksi bahwa Rasul Muhammad SAW adalah utusan Allah
Indonesia memang negara yang mulikultural , negara yang kaya akan budaya ,
Bahkan dalam urusan agamapun meskipun berakar islam, tetapi islam khas Indonesia ini memiliki cabang yang beragam , ada yang berdalih Islam gaya NU , PERSIS , MUHAMMADIYAH , dan lain-lain.

Kita juga bukan hidup di jaman Rasul yang bisa melihat ibadah itu langsung , kita hidup dimana Islam diwariskan dari para leluhur yang telah bersusah-payah membawa ajaran yang mulia ini.
Wajar jika terjadi beberapa perbedaan antara Islam dan budaya ini , karena para leluhur juga mengajarkan kita syiar Islam dengan berbagai keragaman.
Selagi perbedaan itu masih kategori syar’i , artinya masih dalam satu wadah yang sama-sama bertujuan untuk mengesakan Allah dan menegakkan agama Allah ya itu InsyaAllah tidak jadi masalah , asalkan kita bisa menghargai dan bersikap saling toleransi untuk menghargai perbedaan tersebut.

Disamping kita berjama’ah , urgensi tarbiyyah dzatiyah menjadi salah satu hal yang cukup vital buat mengokohkan keimanan kita, karena tarbiyyah itu merupakan proses pendidikan yang berlangsung seumur hidup. Di dalam Tarbiyyah Dzatiyah akan mengevaluasi , bagaimana kadar keimanan kita ketika kita sedang sendiri? Apakah akan sekokoh seperti saat berjama’ah? Ataukah meningkat? Menurun? Atau justru stagnan? 

Segala sesuatu yang terjadi pada diri kita juga bentuk tarbiyyah Allah terhadap kita, ketika kita senang , Allah hendak menguji kita , apakah kita larut akan kesenangan itu ataukah justru dengan kesenangan itu kita lebih waspada diri agar tidak terlalu larut , agar hati selalu tetap terpaut sama Allah. Ketika kita sedih , Allah ingin mengajarkan kita sesuatu tentang arti kesabaran , arti memaafkan dan mengambil ibroh dari setiap kejadian. Begitulah sedikit yang saya ketahui tentang cara Allah mentarbiyyah kita. tentu masih banyak hal lain cara Allah mentarbiyyah kita , menjadi sang penakluk kehidupan. Seperti dalam hadist di kemukakan , bahwa Aku tergantung prasangka hambaKu kepadaKu , jika kita mendekat kepada Allah , Allah akan lebih dekat kepada kita tergantung bagaimana cara kita untuk selalu tetap terpaut terhadapNya.


Wallohualam Bishowab , semoga bermanfaat J

0 comments:

Post a Comment

Created By Sora Templates